Menjalani
hari-hari yang hanya ditemani satu orang anak laki-laki disampingnya sudah
cukup menghilangkan rasa sepinya setelah sekain lama ditelantarkan dan
ditinggalkan suaminya tanpa alasan. Selama enam belas tahun Ia menjalani hidup
tanpa suami, membesarkan anak tunggalnya itu dengan penuh perjuangan tanpa
mengeluh dan dengan penuh keikhlasan. Berjuang demi arti berharganya seorang
anak menjadi landasasn utama Ia bertahan hidup. “ Anak adalah anugerah Tuhan
yang harus dijaga, dirawat, dibesarkan dan dididik serta diberi kasih sayang tanpa batasan dan
dengan penuh keikhlasan yang bukan dengan cerutuan dan keluhan “ singkat pesan
yang dilontarkan bibir ketulusannnya, yang mungkin mampu menyentuh nurani
seorang ibu yang tega menelantarkan anak-anaknya hanya karena masalah ekonomi
yang sebenarnya bisa diperjuangkan.
Ibu Surya yang
tinggal di Jalan Sekip ini bisa dikatakan sosok orangtua yang sempurna. Sesaat
bisa menjadi seorang ayah dan sesaat bisa menjadi seorang ibu. Menjadi ayah
saat berjuang menafkahi segala kebutuhan hidupnya dan anaknya kemudian menjadi
seorang ibu saat harus memberikan kasih sayang, bimbingan, nasehat, perhatian
dan pengajaran mengenai arti sebuah kehidupan. Di usianya yang sudah cukup tua,
sekitar 53 tahun, Ia harus memperjuangkan kehidupan anaknya yang saat ini berumur 16 tahun yang sedang duduk di bangku Sekolah
Menengah Kejuruan. Ia ingin anaknya menjadi orang yang berhasil dan tidak
bernasib sama sepertinya yang hanya hidup pas-pasan. Apapun akan Ia lakukan
demi menyekolahkan anaknya hingga selesai nanti.
Sehari-hari Ia
bekerja sebagai buruh cuci dan buruh seterika lepas. Kesibukan rutinitas
ibu-ibu tetangganya itu menjadi lahan penghasilan untuknya. Dengan kesibukan
mereka itu Ia dipercayakn untuk membereskan pakaian-pakaian kotor yang menumpuk
dan terlalaikan karena tidak adanya waktu untuk mengerjakannya sendiri. Setiap
hari mencuci dan menyetrika sudah menjadi kegiatan yang selalu digelutinya,
hari-hari hanya ditemani cucian dan seterikaan. Terkadang Ia merasa sepi,
karena harus ditinggal bekerja anaknya pada pagi dan malam hari dan pada siang
hari hingga maghrib untuk menuntut ilmu. Namun Ia tetap bersabar, semua harus dijalani
dengan ikhlas demi sesuap nasi dan demi masa depan anaknya.
Disadarinya, Ia
tidak sendiri, Ia yakin ada Tuhan yang selalu menemani langkah, tindakan dan
usahanya setiap harinya. Disisikan waktunya untuk tetap mengucap syukur dan
berdoa, melaksanakan sholat lima waktu diantara tumpukan-tumpuka pekerjaan yang
menanti yang harus diselesaikannya. Bekerja tanpa berdoa adalah hal yang
dijauhkannya dari prinsip hidupnya. Tuhan menjadi teman setianya untuk
meluapkan segala keganjalan perasaannya. Tuhan yang selalu ada disaat Ia jatuh
dan membangkitkannya kembali dari kejatuhan itu. Baginya Tuhan adalah teman
yang menempurnakan hidupnya yang hambar dan penuh dengan kekurangan.
Selain seorang
yang pekerja keras dan sabar Ia juga merupakan orang yang ramah dan sering
menolong orang lain tanpa menutut lebih dari apa yang sudah dilakukannya. Hal
itu menjadi sebab kenapa orang-orang di sekitarnya menyenangi dan menaruh
simpati terhadapnya. Cukup ada bantuan yang diberikan tetangganya kepadanya,
berupa makanan, minuman ataupun pakaian bekas untuk meringankan sebagian kekuranganya.
Ia tidak mau menerima bantuan tersebut dengan cuma-cuma karena Ia tidak mau menjadi benalu untuk orang lain,
lagi pula Ia tidak mau hidupnya menjadi bahan kasihan orang lain, bukan karena
gengsi atau sok jual mahal tetapi karena Ia ingin menikmati segala sesuatu dari
hasil kerja kerasnya sendiri. Hidup untuk berjuang melawan arus kehidupan bukan
untuk mengharapkan kasihan dari orang lain.
Prinsip Ibu
Surya dalam menjalani hidup adalah “ Saya harus bisa menjadi nahkoda kapal yang
saya layarkan, menerjang ombak kehidupan dengan cara yang tepat. benar, penuh
perjuangan dan kesabaran. Tidak menyerah terhadap apapun yang menghalangi,
yakin bahwa Tuhan akan selalu menemani setiap langkah saya dan membantu saya
menjalani hidup ini hingga akhir usia nanti. Bekerja dan berdoa akan menghasilkan
hasil yang sesuai, sempurna dan melegahkan hati”
Ibu Surya, sosok
yang pantas ditiru, mempunyai semangat yang tinggi dalam memperjuangkan hidup
serta mencukupi segala kekurangan. Bekerja keras demi sesuatu yang diinginkan
tanpa mengaharapkan belas kasihan ornag lain. Jadikan Tuhan sebagai landasan
hidup untuk melawan arus kehidupan yang terkadang membawa kita berada di atas
dan terkadang di bawah. Bekerja dan berdoa ( Ora Et Labora dalam pepatah ) must
be to do. Semangat itu penting dalam menjalani hidup yang berliku-liku ini jika
ingin sukses dalam menjalani kehidupan. (pal)