Rabu, 28 Maret 2012

Gemilang Pengorbanan Sang Ibu

Menjalani hari-hari yang hanya ditemani satu orang anak laki-laki disampingnya sudah cukup menghilangkan rasa sepinya setelah sekain lama ditelantarkan dan ditinggalkan suaminya tanpa alasan. Selama enam belas tahun Ia menjalani hidup tanpa suami, membesarkan anak tunggalnya itu dengan penuh perjuangan tanpa mengeluh dan dengan penuh keikhlasan. Berjuang demi arti berharganya seorang anak menjadi landasasn utama Ia bertahan hidup. “ Anak adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga, dirawat, dibesarkan dan dididik  serta diberi kasih sayang tanpa batasan dan dengan penuh keikhlasan yang bukan dengan cerutuan dan keluhan “ singkat pesan yang dilontarkan bibir ketulusannnya, yang mungkin mampu menyentuh nurani seorang ibu yang tega menelantarkan anak-anaknya hanya karena masalah ekonomi yang sebenarnya bisa diperjuangkan.
Ibu Surya yang tinggal di Jalan Sekip ini bisa dikatakan sosok orangtua yang sempurna. Sesaat bisa menjadi seorang ayah dan sesaat bisa menjadi seorang ibu. Menjadi ayah saat berjuang menafkahi segala kebutuhan hidupnya dan anaknya kemudian menjadi seorang ibu saat harus memberikan kasih sayang, bimbingan, nasehat, perhatian dan pengajaran mengenai arti sebuah kehidupan. Di usianya yang sudah cukup tua, sekitar 53 tahun, Ia harus memperjuangkan kehidupan anaknya yang saat ini berumur  16 tahun yang sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan. Ia ingin anaknya menjadi orang yang berhasil dan tidak bernasib sama sepertinya yang hanya hidup pas-pasan. Apapun akan Ia lakukan demi menyekolahkan anaknya hingga selesai nanti.
Sehari-hari Ia bekerja sebagai buruh cuci dan buruh seterika lepas. Kesibukan rutinitas ibu-ibu tetangganya itu menjadi lahan penghasilan untuknya. Dengan kesibukan mereka itu Ia dipercayakn untuk membereskan pakaian-pakaian kotor yang menumpuk dan terlalaikan karena tidak adanya waktu untuk mengerjakannya sendiri. Setiap hari mencuci dan menyetrika sudah menjadi kegiatan yang selalu digelutinya, hari-hari hanya ditemani cucian dan seterikaan. Terkadang Ia merasa sepi, karena harus ditinggal bekerja anaknya pada pagi dan malam hari dan pada siang hari hingga maghrib untuk menuntut ilmu.  Namun Ia tetap bersabar, semua harus dijalani dengan ikhlas demi sesuap nasi dan demi masa depan anaknya.
Disadarinya, Ia tidak sendiri, Ia yakin ada Tuhan yang selalu menemani langkah, tindakan dan usahanya setiap harinya. Disisikan waktunya untuk tetap mengucap syukur dan berdoa, melaksanakan sholat lima waktu diantara tumpukan-tumpuka pekerjaan yang menanti yang harus diselesaikannya. Bekerja tanpa berdoa adalah hal yang dijauhkannya dari prinsip hidupnya. Tuhan menjadi teman setianya untuk meluapkan segala keganjalan perasaannya. Tuhan yang selalu ada disaat Ia jatuh dan membangkitkannya kembali dari kejatuhan itu. Baginya Tuhan adalah teman yang menempurnakan hidupnya yang hambar dan penuh dengan kekurangan.
Selain seorang yang pekerja keras dan sabar Ia juga merupakan orang yang ramah dan sering menolong orang lain tanpa menutut lebih dari apa yang sudah dilakukannya. Hal itu menjadi sebab kenapa orang-orang di sekitarnya menyenangi dan menaruh simpati terhadapnya. Cukup ada bantuan yang diberikan tetangganya kepadanya, berupa makanan, minuman ataupun pakaian bekas untuk meringankan sebagian kekuranganya. Ia tidak mau menerima bantuan tersebut dengan cuma-cuma karena Ia  tidak mau menjadi benalu untuk orang lain, lagi pula Ia tidak mau hidupnya menjadi bahan kasihan orang lain, bukan karena gengsi atau sok jual mahal tetapi karena Ia ingin menikmati segala sesuatu dari hasil kerja kerasnya sendiri. Hidup untuk berjuang melawan arus kehidupan bukan untuk mengharapkan kasihan dari orang lain.
Prinsip Ibu Surya dalam menjalani hidup adalah “ Saya harus bisa menjadi nahkoda kapal yang saya layarkan, menerjang ombak kehidupan dengan cara yang tepat. benar, penuh perjuangan dan kesabaran. Tidak menyerah terhadap apapun yang menghalangi, yakin bahwa Tuhan akan selalu menemani setiap langkah saya dan membantu saya menjalani hidup ini hingga akhir usia nanti. Bekerja dan berdoa akan menghasilkan hasil yang sesuai, sempurna dan  melegahkan hati”
Ibu Surya, sosok yang pantas ditiru, mempunyai semangat yang tinggi dalam memperjuangkan hidup serta mencukupi segala kekurangan. Bekerja keras demi sesuatu yang diinginkan tanpa mengaharapkan belas kasihan ornag lain. Jadikan Tuhan sebagai landasan hidup untuk melawan arus kehidupan yang terkadang membawa kita berada di atas dan terkadang di bawah. Bekerja dan berdoa ( Ora Et Labora dalam pepatah ) must be to do. Semangat itu penting dalam menjalani hidup yang berliku-liku ini jika ingin sukses dalam menjalani kehidupan. (pal)

Rabu, 21 Maret 2012

Sutrisno Enggan Merisaukan Isu Saus palsu


Tanjungpinang, Rabu (21), tepat di jalan Tugu Pahlawan di bawah SMAN 1 Tanjungpinang pukul 09.30 WIB, Bapak Sutrisno si penjual bakso  pentol jajanan pinggir jalan mengutarakan tanggapannya megenai isu saus palsu yaitu saus yang dibuat dengan cabe san tomat busuk serta penggunaan bahan pengawet , “ Saya berjualan untuk hidup, untuk apa saya menghancurkan hidup orang lain dengan menggunakan saus palsu. Dalam berdagang saya lebih mementingkan kualitas  daripada keuntungan yang banyak. Lagi pula saus yang saya gunakan adalah saus asli pabrik bukan buatan sendiri yang bisa dibuat dengan adonan cabai dan tomat busuk serta bahan pengawet yang tentu biayanya akan lebih murah dibandingkan saus asli. Saya tidak terpengaruh apalagi risau dengan isu tersebut. Selama ini saya berdagang dengan jujur, kalau tidak jujur dagangan saya tidak akan laku. Pelanggan saya banyak dan sudah bertahun-tahun mengkonsumsi dagangan saya, tidak hanya anak sekolah tapi juga orang-orang dewasa termasuk Bapak Ferdi yang ada disebelah saya ini, beliau pelanggan tetap saya dan allhamdulillah tidak ada yang complain. Kuncinya dalam berdagang prinsip saya harus bisa menjaga kepercayaan pelanggan untuk kepuasan dan kebersihan serta keamanan dagangan. Saran saya telitilah dalam memilih jajanan pinggir jalan demi kesehatan anda” tuturnya dengan santai dan tenang, Pak Ferdipun menyetujui tanggapan pak Sutrisno tersebu dengan mengacungkan jempolnya.
Respon Pak Sutrisno tersebut menandakan tidak semua pedagang jajanan pinggir jalan melakukan kecurangan dengan menggunakan saus palsu demi meraup banyak keuntungan. Tapi ada sebagian yang menjaga kualitas makanan meskipun dengan untung yang tidak banyak. Ketelitian dalam memilih jajanan pinggir jalan sangat diperlukan untuk menjaga agar makanan yang dikonsumsi  adalah makanan yang higienis. Sekarang, bagaimana cara masyarakat pengkonsumsi jajanan pinggir jalan mewaspadainya agar terhindar dari saus palsu tersebut. Pilah-pilah dalam mengkonsumi makanan menjadi salh satu cara meyelamatkan kesehatan anda. (pal)