Seorang lelaki yang cukup berumur berusia 48
tahun, berpostur tubuh agak sedikit berisi dan tidak terlalu tinggi dengan
pakaian agak sedikit kusut tengah berbenah diri untuk memulai rutinitas
sehari-harinya. Sosok yang begitu cukup sederhana tetapi kaya akan hati dan
kasih sayang, Dialah Ayahku, “ Pak Tomas
“, begitu orang-orang memanggilnya.
Matanya hampir selalu ontime
dimelekkan kira-kira pukul 05.00 WIB setiap harinya, terasa berat untuk
menyaksikan kembali setumpukan kegiatan yang cukup membuat sumpek pikiran dan
terkadang hampir bisa menghentikan denyutan nafasnya. Meskipun badan mengeluh
tak ingin bangkit dari kasur yang begitu nyaman dan cukup bisa melarutkan dalam
bunga tidur serta langkah kaki yang terasa berat untuk diayunkan ke udara
kemudian kembali berpijak ke permukaan tanah, namun keinginan untuk merilekskan
otot-otot tubhnya yang sudah mulai menegang harus dibuangnya jauh-jauh demi
melangsungkan kehidupannya, aku dan adikku. Kegiatan padat selalu menanti di
depan hari-hari kami.
Tok .. tok .. tok .. , terdengar suara pintu setiap harinya yang
dihantam oleh beberapa jemari sebagai pertanda aku dan adikku harus bangun. Memulai
aktivitas dengan memasak sarapan pagi. Dua orang cukup bisa menyajikan masakan
kilat seperti nasi goreng atau hanya sekedar telur ceplok serta membuat tiga
cangkir teh atau susu hangat. Selagi kami sibuk, ayahku juga mengerjakan
kegiatan rutinnya, yaitu menggerek tali timba di sumur untuk mengisi air di bak
kamar mandi. Selesai memasak, aku dan adikku bergantian untuk membersihkan diri
alias mandi yang kemudian disusul oleh ayahku. Setelah itu, kami sarapan pagi bersama
dengan segera mungkin karena khawatir akan telat masuk kerja.
Tepat pukul 07.00 WIB, kami memisahkan diri untuk melakukan
kegiatan masing-masing. Tak lain lagi bekerja, bekerja dan bekerja. Sebelum berangkat kerja, Ayahku selalu berpesan untuk
tidak lupa berdoa sebelum dan sesudah melakukan segala sesuatu, menjaga sikap
dan ucapan dalam bersosialisasi baik denagn rekan kerja, teman ataupun orang lain. Selain itu berbagai nasihatpun selalu dilontarkanya setiap hari
tanpa bosan, meskipun sebenarnya hanya itu-itu saja yang dilontarkan dan
kamipun cukup merasa bosan dengan kata-kata yang selalu itu-itu saja. Tapi kami
cukup mengerti, itu karena ayah menyayangi kami. Segala sesuatu yang
dianggapnya baik tentu akan selalu dilakukan untuk kebaikan kami.
Malam hari kami berkumpul kembali, saling menceritakan
apa-apa saja yang sudah kami alami, bercanda bersama dan tak lupa
nasehat-nasehat lagi yang selalu dilontarkan ayahku. Tapi itu sudah menjadi hal
yang biasa buat aku dan adikku, jadi tidak terlalu mengganggu untuk sikon kami
yang cukup lelah dengan kerjaan yang sudah kami laui. Bukan masuk kuping
kiri keluar kuping kanan, tetapi sudah menjadi hafalan di otak kami berdua.
Malam yang singkat untuk kami saling bertegur sapa dan bersama karena harus
segera beristirahat agar tidak telat bangun besok harinya.
Begitulah sehari-hari yang kami lalui, monoton, dan
hampir tak ada perubahahan. Cukup mengecewakan tapi tidak membuat kami patah
semangat atau menyerah dalam menjalani lika-liku kehidupan ini. Ayahku selalu
memberi semangat ketika kami merasa jatuh dan lelah dengan kehidupan ini.
Ayahku tidak pernah lelah untuk bersabar membesarkan kami sekalipun hanya
sebagai single parent .
Tanpa ayah mungkin aku dan adikku tidak akan mengerti
kejamnya kehidupan ini dan bagaimana cara kami megantisipasinya. Kami menjadi
manusia muda yang cukup mandiri dengan menghandle
sendiri hampir semua kebutuhan kami, termasuk untuk membiayai kuliah kami.
Bukan karena tidak ingin membiayai kami, tetapi untuk memberikan pengajaran
bagaiman susahnya mencari uang dan bagaimana cara memanfaatkannya.
Bagiku ayahku adalah pahlawan dan motivatorku dalam
menjalani hidup ini. Ayahku adalah guru yang serba bisa, dengan kata lain
ayahku adalah sosok yang multifungsi. Ayahku adalah ayah yang terbaik dan ayah
yang tak akan aku sia-siakan. Sekarang ini yang ada dibenakku bagaimana cara
membalas semua yang telah diberikannya tanpa pamrih. Aku hanya bisa bekerja dan
belajar dengan baik, mudah-mudahan bisa menjadi orang sukses dan bisa
membanggakan ayahku nantinya. Membiarkannya duduk santai di rumah dan tersenyum
gembira melihat anaknya menjadi orang yang berguna untuk diri sendiri maupun
orang lain. Intinya tetap semangat dan jangan putus asa. Berprinsip Where there’s a will there’s a way agar
apa yang diinginkan bisa tercapai dan berakhir dengan kebahagiaan . (Pal)